HIV (Human Immunodeficiency Virus)
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Virus HIV dapat merusak sistem kekebalan tubuh dengan cara menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika sudah terlalu banyak sel CD4 yang hancur, maka daya tahan tubuh akan semakin melemah bahkan lebih rentan terserang ragam penyakit.
HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.
Lalu, Apa yang menyebabkan banyak orang yang menjauhi atau memberi jarak kepada orang yag mengidap penyakit ini?
Kurangnya edukasi ataupun pemahaman perihal HIV seringkali memicu timbulnya perlakuan diskriminatif terhadap para penderita HIV dan AIDS (ODHA). Memang, HIV adalah penyakit yang menyeramkan bagi banyak orang, sehingga tidak sedikit orang sangat takut untuk tertular. Sebenarnya, penularan HIV tidak semudah yang dipikirkan.
Penderita HIV atau orang dengan HIV AIDS (ODHA) tidak hanya harus menjaga kesehatan fisiknya, namun juga harus menjaga kestabilan mentalnya. Hal ini disebabkan karena ODHA kerap dihadapkan dengan tantangan ataupun realita hidup yang cukup pahit, seperti mendapatkan stigma negatif dan juga diskriminasi dari orang sekitar.
Bahkan di beberapa negara termasuk Indonesia, tidak sedikit juga ODHA yang dikucilkan oleh keluarga ataupun teman-temannya dan kehilangan pekerjaan. Bila mengacu pada data dari UNAIDS, bahwa ada sekitar 63% masyarakat Indonesia yang masih enggan ataupun takut berinteraksi langsung dengan ODHA.
Hal tersebut umumnya disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
·HIV AIDS kerap dihubungkan dengan perilaku negatif tertentu, misalnya penyalahgunaan NAPZA ataupun seks bebas
·Minimnya edukasi dan informasi seputar HIV
·Adanya pemahaman yang salah tentang penularan HIV, misalnya beranggapan bahwa HIV dapat menular lewat kontak fisik ataupun berbagi peralatan makan
·Adanya anggapan bahwa hanya kelompok tertentu saja yang bisa terkena HIV
Beberapa hal tersebut juga dapat berpengaruh pada ODHA, seperti dikeluarkan dari tempat kerja, ditolak ketika hendak memakai fasilitas umum ataupun ditolak ketika hendak berobat.
Oleh sebab itu, untuk menghilangkan sikap diskriminatif terhadap ODHA, diperlukan edukasi yang tepat perihal HIV AIDS, mulai dari,penyebab seseorang terinfeksi HIV,bagaimana tahapan HIV,pengobatan HIV serta langkah pencegahan agar terhindar dari HIV.
Seperti yang kita ketahui,dari penjelasan diatas kita sudah mengenal apa itu HIV.
Sekarang, kita akan memulai membahas dari penyebab terlebih dahulu…
Penyebab dan Faktor Risiko HIV dan AIDS
Penyakit HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus atau HIV, sesuai dengan nama penyakitnya. Bila tidak diobati, HIV dapat makin memburuk dan berkembang menjadi AIDS.
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum suntik, dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah sebagai berikut:
- Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan pengaman
- Menggunakan jarum suntik bersama-sama
- Melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia tanpa menggunakan alat pengaman diri yang cukup
Tanda-tanda Gejala HIV
Penting untuk mengenali tanda-tanda awal infeksi HIV agar dapat segera mendapatkan perawatan yang tepat. Beberapa tanda gejala HIV yang umum muncul pada tahap awal adalah:
- Sariawan
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Radang tenggorokan
- Hilang nafsu makan
- Nyeri otot
- Ruam
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Berkeringat di malam hari
Fase Perjalanan Alamiah HIV
Dalam perjalanan infeksi HIV, terdapat beberapa tahapan yang perlu diwaspadai agar dapat mengambil tindakan yang tepat.
Tahapan-tahapan ini membantu dalam pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana virus HIV berkembang dalam tubuh dan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Mari kita pahami bersama fase-fase perjalanan HIV yang harus kita ketahui.
Fase I (Periode Jendela):
- Meskipun tubuh telah terinfeksi HIV, pemeriksaan darah belum ditemukan antibodi anti-HIV.
- Pada periode ini seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkan pada orang lain (sangat infeksius), ditandai dengan viral load HIV sangat tinggi dan limfosit T CD4 menurun tajam. “flu-like syndrome” terjadi akibat serokonversi dalam darah, saat replikasi virus terjadi sangat hebat pada infeksi primer HIV.
- Fase ini biasanya berlangsung sekitar dua minggu sampai tiga bulan sejak infeksi awal.
Fase II (Masa Laten):
- Fase ini bisa disertai gejala ringan atau bahkan tanpa gejala (asimtomatik).
- Viral load menurun dan relatif stabil, namun CD4 berangsur-angsur menurun.
- Tes darah antibodi terhadap HIV menunjukkan hasil reaktif, walaupun gejala penyakit belum timbul.
- Pada fase ini, orang dengan HIV tetap dapat menularkan HIV kepada orang lain.
- Masa tanpa gejala rata-rata berlangsung selama 2-3 tahun, sedangkan masa dengan gejala ringan bisa berlangsung hingga 5-8 tahun.
Fase III (Masa AIDS):
- Fase terminal infeksi HIV, kekebalan tubuh telah menurun drastis, nilai viral load semakin tinggi, dan CD4 sangat rendah sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik.
- Tuberkulosis (TBC), herpes zoster (HZV), oral hairy cell leukoplakia (OHL), kandidiasis oral, Pneumocystic jirovecii pneumonia (PCP), infeksi cytomegalovirus (CMV), papular pruritic eruption (PPE) dan Mycobacterium avium complex (MAC).
Perkembangan dari infeksi HIV menjadi AIDS ditentukan oleh jenis, virulensi virus, dan faktor host (daya tahan tubuh). Ada tiga jenis infeksi HIV, yaitu: rapid progressor, berlangsung 2-5 tahun; average progressor, berlangsung 7-15 tahun; dan slow progressor, lebih dari 15 tahun setelah infeksi menjadi AIDS.
Mengenali HIV dan AIDS serta tanda-tanda gejala HIV adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan diri dan orang lain. Jika Anda merasa berisiko atau mengalami gejala yang mencurigakan, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang tepat.
Pengobatan HIV dan AIDS
Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa terapi antiretroviral (ARV). ARV bekerja mencegah virus HIV bertambah banyak sehingga tidak menyerang sistem kekebalan tubuh.
Pencegahan HIV dan AIDS
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari dan meminimalkan penularan HIV:
- Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah
- Tidak berganti-ganti pasangan seksual
- Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
- Menghindari penggunaan narkoba, terutama jenis suntik
- Mendapatkan informasi yang benar terkait HIV, cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya, terutama bagi anak remaja
Cara Penularan HIV
Seperti yang telah dijelaskan bahwa HIV (human immunodeficiency virus) adalah jenis virus menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Virus ini dapat menyebar melalui hubungan seksual, sehingga digolongkan sebagai infeksi menular seksual (sexually transmitted infections).
Jika tidak segera ditangani dengan tepat, infeksi HIV bisa berkembang hingga mencapai stadium akhir, yaitu acquired immune deficiency syndrome (AIDS). AIDS adalah kondisi ketika sistem imun tubuh sudah tidak mampu melawan infeksi patogen yang masuk ke dalam tubuh.
Karena infeksi HIV dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, penting bagi setiap individu untuk mengenali cara penularan HIV. Secara umum, HIV dapat menular melalui aktivitas tertentu, di antaranya sebagai berikut.
1. Berhubungan Intim Tanpa Menggunakan Pengaman
Cara penularan HIV yang paling sering terjadi adalah melalui hubungan seksual, baik secara vaginal maupun anal tanpa menggunakan pengaman, seperti kondom. Selain itu, penularan HIV/AIDS juga rentan dialami oleh seseorang yang sering bergonta-ganti pasangan seksual.
2. Penggunaan Jarum Suntik Bersama
Cara penularan HIV berikutnya adalah melalui penggunaan jarum suntik yang sudah terkontaminasi oleh darah penderita HIV. Bahkan, penggunaan jarum suntik bersama ini juga bisa meningkatkan risiko penularan masalah kesehatan lainnya, seperti hepatitis B dan C.
Selain penggunaan jarum suntik bersama, HIV dapat ditularkan melalui transfusi darah. Pada dasarnya, cara penularan HIV ini jarang terjadi, mengingat akan ada pengujian dan seleksi ketat dari petugas kesehatan sebelum calon pendonor melakukan transfusi darah.
HIV juga dapat ditularkan melalui prosedur medis lainnya yang menggunakan alat tidak steril atau tidak dilakukan dengan profesional, seperti alat tato atau tindik (piercing) yang terkontaminasi HIV.
3. Penggunaan Alat Bantu Seks (Sex Toys) Bersama
Penggunaan alat bantu seks (sex toys) bersama juga menjadi salah satu cara penularan HIV yang perlu diwaspadai. Sebetulnya, HIV memang tidak bisa bertahan dalam waktu yang lama pada permukaan benda mati. Namun, jika seseorang menggunakan sex toys yang masih dalam kondisi basah karena terkena cairan vagina, sperma, atau darah penderita, penularan HIV mungkin saja terjadi melalui penggunaan sex toys bersama.
4. Melalui Kehamilan, Persalinan, atau Menyusui
Seorang ibu hamil yang terinfeksi HIV juga berisiko menularkan infeksi virus tersebut kepada bayinya, hal ini disebut sebagai mother-to-child transmission atau pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke anak (PPIA). Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui plasenta di dalam kandungan atau selama proses persalinan.
Selain itu, ibu menyusui yang terinfeksi HIV juga bisa menularkan virus tersebut kepada bayinya melalui ASI.
Aktivitas yang Berisiko Kecil Menyebabkan Penularan HIV
Selain yang disebutkan di atas, terdapat beberapa aktivitas lain yang bisa menyebabkan terjadinya penularan HIV, namun risikonya cenderung kecil atau bahkan bisa tidak ada sama sekali. Beberapa aktivitas tersebut di antaranya sebagai berikut.
A. Seks oral
HIV dapat menular melalui seks oral jika terjadi ejakulasi pada mulut yang terdapat sariawan dan luka, atau terdapat luka pada alat kelamin penderitanya. Selain itu, seks oral juga dapat meningkatkan risiko seseorang tertular infeksi menular seksual lainnya.
B. Paparan dari Lingkungan Pekerjaan
Seseorang yang bekerja dengan melibatkan benda-benda tajam, seperti jarum suntik atau pisau juga memiliki kemungkinan untuk tertular HIV, terutama jika mengalami cedera atau luka akibat terkena benda tajam yang sudah terkontaminasi darah penderita HIV.
Pastikan untuk mengikuti kewaspadaan standar di tempat kerja, seperti:
- Menggunakan sarung tangan, kaca mata pelindung, dan pelindung lainnya untuk mengantisipasi kontak dengan darah atau cairan tubuh.
- Mencuci tangan dan permukaan kulit lainnya setelah kontak dengan darah atau cairan tubuh.
- Berhati-hatilah saat memegang atau membuang instrumen tajam selama dan setelah digunakan.
- Menggunakan alat pengaman untuk mencegah cedera tertusuk jarum.
- Membuang jarum suntik bekas atau alat tajam lainnya ke dalam wadah khusus untuk benda tajam.
C. Kontaminasi Makanan
Mengonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi dengan darah penderita HIV juga bisa menjadi perantara penularan HIV, meskipun risikonya cenderung kecil. Hal ini biasanya terjadi pada bayi yang mengonsumsi makanan yang sudah dikunyah terlebih dahulu oleh pengasuh atau orang tua yang menderita HIV.
D. Kissing
Perlu diketahui, penularan HIV melalui ciuman bukan terjadi akibat kontak langsung dengan air liur. Namun, hal ini bisa terjadi ketika seseorang berciuman dengan penderita HIV yang mengalami gusi berdarah atau terdapat sariawan pada mulutnya.
Nah, sekarang kita sudah mengetahui apa itu HIV dan bagaimana cara penularannya. Oleh sebab itu, untuk ghilangkan sikap diskriminatif terhadap orang dengan penyakit ini. Ingat, Jauhi Penyakitnya Bukan Orang nya.
Mari, rangkul dan peduli sesama terhadap saudara kita