
Desa Ranah Singkuang, Agustus 2025-PNews-Stunting merupakan masalah gizi kronis yang tetap menjadi perhatian utama di Indonesia. Berdasarkan indeks tinggi badan sesuai umur (TB/U), balita yang mengalami gizi buruk kronis diklasifikasikan sebagai pendek atau sangat pendek. Data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita di Indonesia mencapai 21,6%, turun 2,8 poin dibandingkan tahun sebelumnya.
Meskipun terdapat tren penurunan secara nasional, tingkat stunting tetap cukup tinggi di beberapa wilayah. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat prevalensi tertinggi sebesar 35,3%, sementara Provinsi Riau menunjukkan hasil yang lebih baik dengan 17%, yang berarti terjadi penurunan signifikan sebesar 5,3% dari tahun 2021 (22,3%). Di tingkat kabupaten, Kabupaten Kampar patut diapresiasi karena berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 25,7% menjadi 14,5% (SSGI 2022). Penurunan ini menunjukkan bahwa program intervensi yang dilaksanakan berada di jalur yang benar. Namun, pencapaian ini tidak boleh menjadi alasan untuk lengah, mengingat target nasional pemerintah untuk penurunan stunting adalah 14% pada tahun 2024 (Sumber: Ditjen Kesmas, Kemenkes RI, 2022).
Salah satu pendekatan yang efektif dalam mendukung penurunan stunting adalah pemberdayaan masyarakat, khususnya melalui penguatan kelompok Bina Keluarga Balita (BKB). Kelompok-kelompok ini memainkan peran strategis karena secara langsung melibatkan keluarga dalam perawatan dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Di Desa Ranah Singkuang, Kabupaten Kampar, terdapat satu kelompok BKB yang aktif, yaitu BKB HI-Kasih Ibu, yang dikelola oleh tujuh kader. Para kader ini juga bertindak sebagai kader Posyandu dan berada di bawah bimbingan Bidan Desa. Kegiatan BKB dilaksanakan secara rutin di awal setiap bulan, dengan sasaran bayi dan balita. Fokus utama kegiatan ini adalah menilai pertumbuhan dan perkembangan anak serta memberikan pendidikan kepada orang tua mengenai gizi, pengasuhan, dan stimulasi dini.
Mengakui potensi dan peran penting kader BKB, Poltekkes Kemenkes Riau melakukan kegiatan pengabdian kepada Masyarakat yang dilaksanakan dengan tema: “Upaya Pencegahan Stunting Melalui Pemberdayaan Kader BKB di Desa Ranah Singkuang, Kabupaten Kampar.” Kegiatan ini dilaksanakan langsung di kantor deas Ranah singkuang dalam bentuk pembekalan materi pada ibu-ibu kader tanggal 21 Agustus 2025 dan di Posyandu Kelompok BKB HI-Kasih Ibu pada tanggal 27 Agustus 2025.
Langkah awal yang kami lakukan bersama tim adalah berkoordinasi dan mengurus perizinan dengan pemerintah desa, yang diwakili oleh Sekretaris Desa, Bapak Afrizal. Pada pertemuan ini juga disepakati jadwal kunjungan berikutnya bersama para kader BKB.
Pengurusan izin dan kesepakatan pertemuan kader BKB


Kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kapasitas kader BKB melalui pelatihan yang mencakup materi tentang stunting, pola asuh anak, gizi seimbang, serta simulasi Penilaian Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dan pengisian Kartu Kembang Anak (KKA). Pemaparan materi pertama disampaikan Yanti, SST, Bdn, M.Keb dilanjutkan dengan R. Sakhnan, SKM, M.Kes dan simulasi Penilaian KPSP dan pengisian KKA oleh Elly Susilawati, SST, Bdn, M.Keb. KPSP dan KKA (Kartu Kembang Anak) sendiri adalah alat bantu untuk memantau Pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala. Kegiatan pengabdian Masyarakat juga melibatkan partisipasi dari mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau yaitu Delfia Sahira dan Widya Chantika. Melalui simulasi ini, kader diajak untuk memahami cara mencatat, menilai, dan menindaklanjuti hasil pemantauan perkembangan anak secara sistematis.
Pemaparan Materi dan simulasi Penilaian KPSP & KKA




Melalui kegiatan ini, masyarakat desa semakin terbuka wawasannya mengenai manfaat kelompok BKB sebagai wadah pemberdayaan. Peserta juga memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang peran kader dalam menurunkan angka stunting melalui pembekalan materi. Selain itu, kegiatan ini meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam melakukan penilaian perkembangan anak, sehingga mampu mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan.
Diskusi Interaktif Bersama Kader


Peningkatan kapasitas kader BKB merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk mencegah dan menangani stunting. Melalui intervensi berbasis komunitas seperti ini, diharapkan upaya promotif dan preventif dapat dilaksanakan secara lebih optimal dan berkelanjutan. Harapannya, dimasa mendatang sinergi antara kader, masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah desa akan menjadi kunci untuk menciptakan generasi yang bebas dari stunting, sehat, dan cerdas.
Penulis : Yanti, SST.Bdn.M.Keb (1 September 2025)