PEKANBARU SM hari ibu adalah hari Dimana semua anak memberikan hadiah dan apresiasi untuk ibu mereka. Termasuk penulis sendiri yang sampai saat ini masih memiliki ibu yang sehat wa alfiat. Sehubung dengan hari ibu, penulis ingin menceritakan sedikit dengan ibu penulis
Ibu penulis Bernama h.norjannah sag. Biasanya memanggil ibu penulis dengan sebutan ummi. Yang artinya ibuku. Penulis sudah terbiasa memanggil ummi karena ibu penulis adalah seorang guru tk
Ummi ku itu keras kepala dan tidak mau tau tentang apa kehidupanku, dia hanya mengajarkan aku hdiup kuat, menjadi anak yang sholehah dan menjadi anak yang berbakti. Ummi penulis biasanya selalu pulang kerumah dan sudah tertidur didalam kamarnya
Ibu penulis biasanya menanam dibawah dan hampir menggelapkan wajah cantiknya. Terkadang penulis heran dengan ummi penulis sendiri mengapa harus menanam, namun ummi penulis mengatakan bahwa”dari sinilah kita makan nak, sekarang gaji guru pun tidak mencukupi kehidupan kita sehari hari nak “ ucap ibu penulis saat berladang dibawah
Penulis terkadang sakit hati apa perkataan dari ummi penulis. Tapi dari perkataan ibu penulis bahwa penulis yakin bisa hidup kuat, mandiri tanpa pamrih. Penulis hanya menelpon ummi penulis sekali seminggu bahkan jarang disebabkan penulis sibuk dan juga orang tua penulis pun sibuk keja untuk mengkuliahkan penulis. Hati Penulis sampai nangis melihat ummi penulis yang hanya makan sisa penulis dan saudara kandung penulis dengan alasan “ nanti mubazir” jika ummi penulis pun tidak kuat menghabiskan sendirian, ummi penulis membaginya dengan kucing penulis.
Penulis saat berkumpul dengan keluarga besar pun, terkadang penulis melihat penampilan keluarga besar lainnya. Pakaiannya yang sangatlah indah dan jika penulis menilai pun pastilah mahal, apa lagi dihiasi emas di sekujur tubuhnya. Berbeda dengan ummi penulis yang hanya memakai baju yang sudah lama dan masih menggunakan baju lebaran yang lama saja, tubuhnya pun tidak dihiasi dengan emas kecuali cincin pernikahan yang sangat berharga bagi ummi penulis. Pengorbanannya yang sangat besar bagi penulis, yang Dimana semua perhiasan emas nya yang dahulu sampai disekujur tubuh penulis kini sudah dijual untuk membelikan alat alat kuliah untuk penulis.
Apalagi keluarga besar pihak ummi penulis, dalam hati penulis keluarga ummi penulis sangatlah kaya. Atau bahkan penghasilannya melebihi rejeki penulis. Ada sanak saudara ummi penulis yang menjadi pns negri yang berpenghasilan jutaan, ada yang menjadi dokter, bidan, perawat, bahkan anak anaknya pun tak kalah pintar hampir ada yang kuliah diluar negri, dan juga anaknya yang rata rata kuliah beda pulau. Penulis sendiri sudah senang kuliah di kota lain yang masih tergolong satu pulau. Yang jaraknya hingga 8 jam.
Ummi penulis sekali lagi adalah seorang guru tk yang bahkan gajinya tak cukup menghidupi rumah, ayah penulis hanyalah seorang penjaga gas yang hanya cukup makan sehari hari kami.
Ummi penulis selalu berpesan kepada penulis, jadilah anak yang sholehah yang selalu mendoakan ibu dan ayah penulis murah rejeki agar bisa mengkuliahkan penulis. Terkadang penulis pun tidak seperti apa yang dipikirkan.
Tapi penulis saat ini hanyalah mengejar cita cita penulis, dan terutama ummi penulis yang sangat mendukung cita cita penulis menjadi seorang bidan. Penulis sendiri terkadang masih menyesal memilih jurusan ini, terkadang semangat, dalam hati penulis sangat rakus ingin melanjutkan kuliah penulis ke jenjang S2 agar bisa mendapatkan ilmu lebih dan juga membanggakan ibu penulis dan membuktikan anak miskin pun bisa kuliah ke magister. Maafkan penulis ummi, hati anak mu mudah berubah rubah kadang ingin menjadi dosen kadang ingin menjadi bidan penelitian saja atau bidan melayani saja.
Satu satunya pesan yang penulis ingat dalam pikiran penulis dari perkataan orang tua penulis ialah “ kita miskin nak, belajarlah yang serius agar apa yang kamu mimpikan bisa tercapai” perkataan orang tua penulis sebenarnya sangat menyayat hati penulis. Lebih menyayatnya lagi penulis hanya focus dalam ektra dari pada kurikuler. Dalam hati penulis” hehe maaf ummi, anak mu lebih menyukai menulis dari pada belajar jadi bidan”
Penulis berharap, ummi penulis tahu hati penulis yang sangat menyayanginya dan juga ingin didekatnya. Semoga doa penulis yang penulis panjatkan ini sampai kepadanya